Saat ini, hampir 80% kebutuhan energi dunia dipenuhi oleh bahan bakar
fosil. Padahal, seperti kita ketahui, penggunaan bahan bakar fosil
menimbulkan dampak yang negatif bagi lingkungan karena turut
berkontribusi terhadap timbulnya global warming. Oleh karena
itu, sudah saatnya kita melepaskan diri dari ketergantungan terhadap
bahan bakar fosil dan mulai beralih ke bahan bakar alternatif. Salah
satu bahan bakar alternatif tersebut yaitu biodiesel.
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari alkil ester
rantai pendek yang diperoleh melalui trans-esterifikasi minyak nabati
atau lemak hewan. Nama jarak pagar, malapari, sawit tentunya sudah
familiar bagi kita sebagai sumber biodiesel yang populer di Indonesia
saat ini. Namun, pernahkah teman-teman mendengar biodiesel dari alpukat? Buah yang sering kita konsumsi dalam bentuk juice atau potongan-potongan kecil dalam es campur.
Bagi
penjaja es campur, mungkin biji alpukat hanya menjadi jatah keranjang
sampah. Setelah dagingnya diambil, biji kemudian dibuang percuma. Namun
beberapa tahun kedepan, biji Persea americana pasti bakal jadi rebutan. Minyak biji alpukat mengandung fatty acid methyl esters
yang berpotensi sebagai bahan bakar alternatif: avocado biodiesel.
Alpukat memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi. Pada tabel di bawah
ini akan ditunjukkan perolehan minyak/ha lahan dari beberapa tumbuhan.
Tanaman | Perolehan [kg/ha] | Perolehan [liter/ha] |
---|---|---|
keledai | 375 | 446 |
jarak | 1590 | 1892 |
bunga matahari | 800 | 952 |
alpukat | 2217 | 2638 |
kacang tanah | 890 | 1059 |
sawit | 5000 | 5950 |
Image “sebutir buah sejuta manfaat” sesaat lagi bakal disandang alpukat. Daging buah yang lezat berpadu dengan minyak biji yang dapat digunakan sebagai biodiesel. Kelak bisa saja mobil berbahan bakar minyak alpukat akan melintas dijalanan layaknya mobil biasa. Apakah mungkin? Jawabnya mungkin saja. Sebab hal itu sudah terjadi di Amerika Serikat sejak akhir 2004. Serombongan ekolog yang dipimpin Zak Zaidman melakukan melakukan perjalanan dari California ke Costarica berkendaraan bus berbahan bakar biodiesel alpukat. Bus keluaran sebuah pabrik di Amerika serikat tahun 1974 itu diisi dengan 130 liter minyak alpukat. Bus melintasi Guatemala, El Savador, Honduras, Nicaragua, dan terakhir Costarica dengan bahan bakar tersisa 55 liter. Hal itu karena kadar belarang dalam Persea americana kurang dari 15 ppm (kadar belerang solar umumnya 1500-4100 ppm) sehingga pembakaran berlangsung sempurna. Emisi CO dan CO2 bisa ditekan sehingga polusi udara pun bisa dikurangi.
Beragam penelitian mendukung penggunaan minyak alpukat sebagai biodiesel. The National Biodiesel Foundation (NBF), telah meneliti buah alpukat sebagai bahan bakar sejak 1994. Joe Jobe, executive director NBF, memaparkan bahwa alpukat mengandung lemak nabati yang tersusun dari senyawa alkyl ester. Bahan ester itu memiliki komposisi sama dengan bahan bakar diesel solar, bahkan lebih baik nilai cetane nya dibandingkan solar sehingga pantas bila gas buangannya pun lebih ramah lingkungan.
Indonesia sebagai negara agraris, kaya akan berbagai jenis tanaman. Alpukat hanyalah satu dari berbagai jenis tanaman tersebut. Masih banyak tanaman-tanaman lain yang berpotensi digunakan sebagai sumber biodiesel. Bahkan mungkin tanaman-tanaman tersebut ada di sekitar kita, tetapi kita tidak menyadari potensi yang dimilikinya. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi teman-teman.
Sumber : Wikipedia, http://www.avocadosource.com, http://www.bppt.go.id
0 komentar:
Post a Comment
thanks for your coment ^^