Ternyata
Usus Buntu Tak Perlu Operasi, Cukup Kasih Antibiotik
Ada
bagian kecil sebesar jari kelingking di usus besar manusia, namanya usus buntu atau
appendiks. Apabila terjadi infeksi pada bagian ini, maka terjadilah
appendicitis atau radang usus buntu dan harus dioperasi. Namun sebuah
penelitian menemukan bahwa sebenarnya antibiotik saja sudah cukup.
Hal itu ditegaskan oleh peneliti di Akademi Sahlgrenska, University of Gothenburg, Swedia. Dalam tesisnya, Jeanette Hansson membahas 2 penelitian pada pasien dewasa yang mengalami usus buntu akut.
Penelitian pertama membandingkan operasi dengan terapi antibiotik. Sedangkan pada penelitian kedua, usus buntu diobati dengan antibiotik sebagai terapi pertama.
Hasil penelitian yang dilakukan di Sahlgrenska University Hospital dan Rumah Sakit Kungalv ini menunjukkan bahwa mengobati usus buntu dengan antibiotik sama efektifnya dengan melakukan operasi bedah. Pasien yang diobati dengan antibiotik juga lebih sedikit berisiko mengalami komplikasi ketimbang pasien yang menjalani operasi.
"Ada beberapa pasien yang sangat sakit sehingga benar-benar membutuhkan operasi. Tetapi 80 persen pasien usus buntu dapat diobati dengan antibiotik lalu sembuh dan sehat kembali sepenuhnya," kata Jeanette Hansson seperti dilansir Science Daily, Kamis (27/9/2012).
Di sisi lain, memang ada kekhawatiran peningkatan resistensi terhadap antibiotik sehingga mempengaruhi efektifitas pengobatan.
Namun secara garis besar, penelitian Hansson ini menyimpulkan bahwa antibiotik merupakan alternatif pengobatan usus buntu selain operasi pada pasien dewasa, asalkan pasien mau menerima risiko adanya kekambuhan.
Dengan antibiotik, risiko kekambuhan dalam waktu 12 bulan adalah sekitar 10-15 persen. Hansson dan rekan-rekannya berharap dapat mendokumentasikan risiko kekambuhan dalam jangka panjang sekaligus mempelajari apakah kekambuhannya juga dapat diobati dengan antibiotik.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa pada pasien yang membutuhkan operasi karena kambuh atau karena antibiotik tidak bekerja dengan baik, mereka tidak berisiko mengalami komplikasi berkaitan dengan operasi," kata Hansson.
Hal itu ditegaskan oleh peneliti di Akademi Sahlgrenska, University of Gothenburg, Swedia. Dalam tesisnya, Jeanette Hansson membahas 2 penelitian pada pasien dewasa yang mengalami usus buntu akut.
Penelitian pertama membandingkan operasi dengan terapi antibiotik. Sedangkan pada penelitian kedua, usus buntu diobati dengan antibiotik sebagai terapi pertama.
Hasil penelitian yang dilakukan di Sahlgrenska University Hospital dan Rumah Sakit Kungalv ini menunjukkan bahwa mengobati usus buntu dengan antibiotik sama efektifnya dengan melakukan operasi bedah. Pasien yang diobati dengan antibiotik juga lebih sedikit berisiko mengalami komplikasi ketimbang pasien yang menjalani operasi.
"Ada beberapa pasien yang sangat sakit sehingga benar-benar membutuhkan operasi. Tetapi 80 persen pasien usus buntu dapat diobati dengan antibiotik lalu sembuh dan sehat kembali sepenuhnya," kata Jeanette Hansson seperti dilansir Science Daily, Kamis (27/9/2012).
Di sisi lain, memang ada kekhawatiran peningkatan resistensi terhadap antibiotik sehingga mempengaruhi efektifitas pengobatan.
Namun secara garis besar, penelitian Hansson ini menyimpulkan bahwa antibiotik merupakan alternatif pengobatan usus buntu selain operasi pada pasien dewasa, asalkan pasien mau menerima risiko adanya kekambuhan.
Dengan antibiotik, risiko kekambuhan dalam waktu 12 bulan adalah sekitar 10-15 persen. Hansson dan rekan-rekannya berharap dapat mendokumentasikan risiko kekambuhan dalam jangka panjang sekaligus mempelajari apakah kekambuhannya juga dapat diobati dengan antibiotik.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa pada pasien yang membutuhkan operasi karena kambuh atau karena antibiotik tidak bekerja dengan baik, mereka tidak berisiko mengalami komplikasi berkaitan dengan operasi," kata Hansson.
0 komentar:
Post a Comment
thanks for your coment ^^