Sebuah
bangunan yang berbeda dari biasanya, mungkin itu kesan pertama bagi orang yang
melihat sekolah SD Jean-Louis di Perancis. Sekolah ini adalah sekolah
pertama yang mampu memproduksi energi dengan jumlah yang sama dengan energi
yang sekolah tersebut konsumsi. Dengan kata lain, sebuah sekolah “Zero Energy“, dimana
para siswanya juga dididik betapa pentingnya melindungi planet kita ini.
Back-to-school tahun 2007
Konstruksi
dimulai pada tahun 2005, sekolah yang mendapatkan penghargaan pemenang pertama
pada kategori “Enviromental Quality of Construction” pada
acara tahunan Enviromental Awards ke 10 Perancis tahun 2006, memakan biaya
total 7 milyar Euro. Hasilnya, bangunan bertingkat 2 dengan 5 ruang kelas TK
dan 7 ruang kelas SD dibuka tepat waktu sebelum tahun ajaran 2007-2008. Didalam
sekolah yang memiliki luas fasilitas 3000 meter persegi, terdapat taman bermain
seluas 800 meter persegi dan lahan untuk menanam berbagai sayuran dan buah.
Sekolah ini juga mendapatkan penghargaan pertama pada kategori “Enviromental
Policy – Clean Energy” pada acara Oxygen Awards bulan November 2006.
Inovasi ide pembuatan bangunan
Konsep
utama dibalik pembuatan sekolah ini adalah untuk menciptakan bangunan yang
dapat memproduksi energi sebanyak atau mungkin lebih dari energi yang
dibutuhkan oleh sekolah tersebut selama beroperasi. Sekolah ini didesain agar
menghadap matahari pada saat musim dingin, untuk mendapatkan panas yang cukup
sebagai pengganti penghangat ruangan. Untuk mengurangi penggunaan lampu
penerangan, lorong dan ruang kelasdi lantai atas dilengkapi dengan dinding dan
lantai kaca, dan sekolah tersebut juga menggunakan banyak jendela besar untuk
memaksimalkan penggunaan cahaya penerangan alam. Sebagai tambahan, sebanyak 650
meter persegi panel surya digunakan pada atap dan gerbang sekolah tersebut.
Walaupun
demikian, lokasi yang berada pada pinggiran kota paris membuat sekolah ini
tidak dapat bergantung sepenuhnya pada radiasi matahari dimusim dingin. Maka
dari itu,digunakan double flux system yang menakjubkan untuk mengembalikan
panas dari udara sekitar, sebelum panas tersebut lolos keluar. Space heating, digunakan dengan cara
mengekstrak aliran air tanah pada kedalaman 70 meter dibawah sekolah tersebut.
Tentu saja,
disini air-lah yang memainkan peranan penting. Sekolah ini memiliki tanah
permeable yang melapisi, sehingga aliran air tanah akan terisi kembali setiap
kali hujan. Bagian atas dari bangunan sekolah ditutupi dengan tumbuh-tumbuhan,
didesain untuk mengisolasi bangunan dan memperlambat penguapan air hujan.
Setelah di recovery, sebagian
air digunakan untuk berkebun. Pada akhirnya, tiga perempat dari air panas
digunakan untuk kamar mandi dan toilet, dengan pemanas yang berasal dari 30
meter persegi panel surya di atap gedung.
Siswa yang Eco-educated
Sekolah ini
tidak hanya bergantung pada teknologinya dalam mengimbangi kebutuhan enegi.
Konsumsi energi juga bergantung pada kebiasaan penghuni sekolah. Untuk
menghindari penggunaan kendaraan bermotor di sekitar sekolah, sebuah “walking
bus” diletakkan disuatu tempat untuk semua siswa yang berangkat
kesekolah jalan kaki. Diperpustakaan, sebuah layar TV plasma enampilkan secara
real-time konsumsi elektrik dan produksi elektrik dari gedung sekolah ini,
sehingga siswa mampu mengontrol “energi behaviour” mereka oleh mereka sendiri.
Sedikit
konsumsi, hasilkan lebih – Sebuah tantangan untuk seluruh kota
Sekolah ini mengkonsumsi setengah dari energi yang diperlukan oleh bangunan tradisional, tapi ini hanya sebagian kecil dari program besar yang dicanangkan dikota Limeil-Brévannes. Sebenarnya, program utamanya adalah dalam lima tahun untuk membangun distrik baru, “Quartier des Temps Durables” (“The Sustainable Time Zone“). Dengan lokasi di bekas lahan kosong industri, area tersebut akan mengutamakan pengembangan ketahanan dan standar ecological.
Sekolah ini mengkonsumsi setengah dari energi yang diperlukan oleh bangunan tradisional, tapi ini hanya sebagian kecil dari program besar yang dicanangkan dikota Limeil-Brévannes. Sebenarnya, program utamanya adalah dalam lima tahun untuk membangun distrik baru, “Quartier des Temps Durables” (“The Sustainable Time Zone“). Dengan lokasi di bekas lahan kosong industri, area tersebut akan mengutamakan pengembangan ketahanan dan standar ecological.
Sebuah
contoh yang baik untuk diterapkan.
0 komentar:
Post a Comment
thanks for your coment ^^