Saturday, April 7, 2012

Alpukat dalam Tangki Bahan Bakar Biodiesel

Saat ini, hampir 80% kebutuhan energi dunia dipenuhi oleh bahan bakar fosil. Padahal, seperti kita ketahui, penggunaan bahan bakar fosil menimbulkan dampak yang negatif bagi lingkungan karena turut berkontribusi terhadap timbulnya global warming. Oleh karena itu, sudah saatnya kita melepaskan diri dari ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan mulai beralih ke bahan bakar alternatif. Salah satu bahan bakar alternatif tersebut yaitu biodiesel.
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari alkil ester rantai pendek yang diperoleh melalui trans-esterifikasi minyak nabati atau lemak hewan. Nama jarak pagar, malapari, sawit tentunya sudah familiar bagi kita sebagai sumber biodiesel yang populer di Indonesia saat ini. Namun, pernahkah teman-teman mendengar biodiesel dari alpukat? Buah yang sering kita konsumsi dalam bentuk juice atau potongan-potongan kecil dalam es campur.
Bagi penjaja es campur, mungkin biji alpukat hanya menjadi jatah keranjang sampah. Setelah dagingnya diambil, biji kemudian dibuang percuma. Namun beberapa tahun kedepan, biji Persea americana pasti bakal jadi rebutan. Minyak biji alpukat mengandung fatty acid methyl esters yang berpotensi sebagai bahan bakar alternatif: avocado biodiesel. Alpukat memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi. Pada tabel di bawah ini akan ditunjukkan perolehan minyak/ha lahan dari beberapa tumbuhan.
TanamanPerolehan
[kg/ha]
Perolehan
[liter/ha]
keledai375446
jarak15901892
bunga matahari800952
alpukat22172638
kacang tanah8901059
sawit50005950
Dari tabel, dapat dilihat bahwa kandungan minyak alpukat lebih tinggi dibandingkan tanaman-tanaman seperti kedelai, jarak, bunga matahari, dan kacang tanah. Namun, kandungan minyak alpukat masih lebih rendah dibandingkan sawit.
Image “sebutir buah sejuta manfaat” sesaat lagi bakal disandang alpukat. Daging buah yang lezat berpadu dengan minyak biji yang dapat digunakan sebagai biodiesel. Kelak bisa saja mobil berbahan bakar minyak alpukat akan melintas dijalanan layaknya mobil biasa. Apakah mungkin? Jawabnya mungkin saja. Sebab hal itu sudah terjadi di Amerika Serikat sejak akhir 2004. Serombongan ekolog yang dipimpin Zak Zaidman melakukan melakukan perjalanan dari California ke Costarica berkendaraan bus berbahan bakar biodiesel alpukat. Bus keluaran sebuah pabrik di Amerika serikat tahun 1974 itu diisi dengan 130 liter minyak alpukat. Bus melintasi Guatemala, El Savador, Honduras, Nicaragua, dan terakhir Costarica dengan bahan bakar tersisa 55 liter. Hal itu karena kadar belarang dalam Persea americana kurang dari 15 ppm (kadar belerang solar umumnya 1500-4100 ppm) sehingga pembakaran berlangsung sempurna. Emisi CO dan CO2 bisa ditekan sehingga polusi udara pun bisa dikurangi.
Beragam penelitian mendukung penggunaan minyak alpukat sebagai biodiesel. The National Biodiesel Foundation (NBF), telah meneliti buah alpukat sebagai bahan bakar sejak 1994. Joe Jobe, executive director NBF, memaparkan bahwa alpukat mengandung lemak nabati yang tersusun dari senyawa alkyl ester. Bahan ester itu memiliki komposisi sama dengan bahan bakar diesel solar, bahkan lebih baik nilai cetane nya dibandingkan solar sehingga pantas bila gas buangannya pun lebih ramah lingkungan.
Indonesia sebagai negara agraris, kaya akan berbagai jenis tanaman. Alpukat hanyalah satu dari berbagai jenis tanaman tersebut. Masih banyak tanaman-tanaman lain yang berpotensi digunakan sebagai sumber biodiesel. Bahkan mungkin tanaman-tanaman tersebut ada di sekitar kita, tetapi kita tidak menyadari potensi yang dimilikinya. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi teman-teman.
Sumber : Wikipedia, http://www.avocadosource.com, http://www.bppt.go.id