Showing posts with label #Pengetahuan. Show all posts
Showing posts with label #Pengetahuan. Show all posts

Friday, August 16, 2019

MASTERBATCH

Masterbatch merupakan jenis pewarna plastik yang berbentuk padatan (granule), terdiri dari campuran yang sangat kompleks dari resin termoplastik (misalnya polietilena, polipropilena, polivinil klorida atau campuran polimer lainnya) dan pigmen (karbon hitam, titanium dioksida atau materi pigmen yang lainnya) dengan konsentrasi tinggi, selain itu, seringkali ditambahkan pula dengan berbagai bahan aditif yang digunakan untuk meningkatkan sifat fisik polimer dan masterbatch, dan produk yang dihasilkan memperoleh warna atau sifat dari masterbatch itu sendiri. Umumnya zat aditif yang digunakan berfungsi sebagai anti blocking, anti statik, stabilitas terhadap cahaya UV. Masterbatch banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, misalnya sebagai pewarna kemasan dan ekstruksi pipa (Groves, 1993). Resin yang digunakan dalam pembuatan masterbatch sesuai dengan aplikasinya.










Proses Pembuatan Masterbatch 
  • Proses Penimbangan, timbang quantity setiap raw material dan pigment sesuai dengan formulasi produk tersebut.
  • Proses Mixing, merupakan proses pencampuran antara raw material yang sudah ditimbang sesuai dengan formulasi untuk menghasilkan campuran yang homogen dan terdispersi,bentuk dari campuran ini adalah powder.
  • Proses Extruder, setelah premix yang dihasilkan oleh mixer hasilnya homogen dan terdispers lalu premix tersebut masuk kedalam mesin extruder dan keluarannya dari mesin extruder berbentuk string lalu masuk ke dalam waterbath dan masuk ke dalam pelletizer dan outputnya berbentuk granula.

Pengujian Masterbatch

Setelah proses produksi masterbatch selesai maka sebelum di packaging maka dilakukan pengujian terlebih dahulu untuk melihat sifat karakteristik dari masterbatch. Beberapa pengujian masterbatch yang dilakukan yaitu :
  • Pemeriksaan Warna dengan Chip
Yaitu untuk melihat warna dari aplikasi masterbatch dan compound. Untuk pengujian warna menggunakan alat spectrophotometer atau dengan cara visual.
  • Kadar Abu
Yaitu untuk mengukur kadar material yang tidak habis terbakar. Untuk pengujian kadar abu menggunakan alat furnace. Pengujian ini menggunakan metode test ILP’s method.
  • Moisture Content
Yaitu untuk mengukur kadar air di dalam masterbatch dan bahan baku. Untuk pengujian ini menggunakan oven untuk mengetahui kadar air pada suatu produk. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D 6980 – 12.
  • Test Dispersi dan Jetness Blown Film
Yaitu untuk mengamati dispersi dari masterbatch pada blown film dan mengamati jetness / kepekatan dari blown film. Pada pengujian ini menggunakan lampu meja untuk melihat dispersi pada film plastik. 
  • Test Melt Flow Index (MFI)
Yaitu untuk mengukur laju alir material plastik pada temperatur dan tekanan / beban tertentu selama 10 menit. Pada pengujian ini menggunakan mesin MFI type : 73396 No. Seri : 29185, 30320, 30321 dengan standar ASTM D 1238 (230°C/2.16 Kg).
  • Pengetesan Tensile Strength, Elongation & Modulus pada Spesimen Injeksi
  1. E – Modulus yaitu, untuk mengukur kekakuan suatu bahan elastis dengan cara menarik spesimen. 
  2. Elongation yaitu, untuk mengukur perubahan ukuran panjang yang terjadi saat material diberi gaya tarik. 
  3. Tensile strength yaitu, untuk mengukur energi yang dibutuhkan untuk menarik spesimen persatuan panjang. Pada pengujian ini menggunakan standar ASTM D – 638

Monday, July 22, 2019

Teknologi Material Elvaloe Aspal Polimer

Aspal polimer adalah suatu material yang dihasilkan dari modifikasi antara polimer alam atau polimer sintetis dengan aspal. Modifikasi aspal polimer (atau biasa disingkat dengan PMA) telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir. Umumnya dengan sedikit penambahan bahan polimer (biasanyasekitar 2-6%) sudah dapat meningkatkan hasil ketahanan yang lebih baik terhadap deformasi, mengatasi keretakan-keretakan dan meningkatkan ketahanan yang tinggi dari kerusakan akibat umur sehingga dihasilkan pembangunan jalan lebih tahan lama serta dapat mengurangi biaya perawatan atau perbaikan jalan. Penggunaan campuran polimer aspal merupakan trend yang semakin meningkat tidak hanya karena faktor ekonomi, tetapi juga demi mendapatkan kualitas aspal yang lebihbaikdantahan lama. Modifikasi polimer aspal yang diperoleh dari interaksi antara komponen aspal dengan bahan aditif polimer dapat meningkatkan sifat-sifat dari aspal tersebut. Dalam hal ini terlihat bahwa keterpaduan aditif polimer yang sesuai dengan campuran aspal. Penggunaan polimer sebagai bahan untuk memodifikasi aspal terus berkembang di dalam dekade terakhir.


Elastomer yaitu polimer yang memiliki sifat elastic. Berupa kumpulan benda yg mempunyai sifat karet asli, karet vulkanisasi, karet olahan ulang, atau karet tiruan yg meregang apabila dl tegangan (berkekuatan meregang) mengerut secara cepat dan pulih ke dimensi semula secara penuh.


Contoh : karet alam, getah asli, silikon, poliuretan, nesprene, dan lain-lainnya. SBS (Styrene Butadine Styrene), SBR (Styrene Butadine Rubber), SIS (Styrene Isoprene Styrene), dan karet adalah jenis-jenis polymer elastromer yg biasanya digunakan sebagai bahan pencampur aspal keras. Kegunaan elastomer :
  1. Untuk permukaan yang bergesekan tinggi atau tidak licin.
  2. Melindungi daripada kakisan dan lelasan
  3. Isolator elektrik
  4. Isolator kejutan dan getaran
A. Aspal Polymer Plastomer
Salah satu teknologi dalam aspal adalah penambahan bahan polymer plastomer dimaksudkan untuk meningkatkan sifat rheologi baik pada aspal keras dan sifat sifik campuran beraspal. Jenis polymer plastomer yang telah banyak digunakan antara lain adalah EVA ( EthyleneVinyle Acetate), Polypropilene, dan Polyethilene. Presentase penambahan polymer ini ke dalam aspal keras juga harus ditentukan berdasarkan pengujian labolatorium, karena penambahan bahan tambah sampai dengan batas tertentu penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat Rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebihan justru akan memberikan pengaruh yang negatif.
1. Kelebihan aspal modifikasi polimer.
     a. Meningkatkan ketahanan terhadap suhu.
     b. Meningkatkan ketahanan terhada pretak.
     c. Meningkatkan ketahanan terhadap deformasi plastis.
     d. Meningkatkan nilai elastis recovery.
     e. Meningkatkan nilai ketahanan terhadap air.
     f. Meningkatkan nilai adhesi dan kohesi.
     g. Meningkatkan ketahanan terhadap oksidasi UV.

2. Kelebihan aspal modifikasi polimer.
    a. Temperatur pecampuran tinggi 
    b. Temperatur penggelaran cukup tinggi

B. Aspal Modifikasi Sulfur
Semakin banyak kadar sulfur yang dicampurkan ke dalam aspal cenderung meningkatkan nilai penetrasinya yang berarti aspal semakin lunak. Semakin banyak kadar sulfur yang dicampurkan ke dalam aspal cenderung meningkatkan nilai Berat jenis aspal yang berarti kemungkinan panjang rantai molekul asphaltenes menjadi lebih panjang sehingga diharapkan aspal akan mempunyai ketahanan terhadap pengaruh lingkungan seperti temperatur, air dan beban lalu-lintas. Pada kadar sulfur 6,0% sampai 10,0% yang dicampurkan ke dalam aspal cenderung menghasilkan nilai Indeks Penetrasi aspal bernilai positif (PI>0) sehingga pada rentang kadar sulfur tersebut diperkirakan aspal akan kurang peka dengan temperatur meskipun nlai titik lembeknya kecil. Semakin banyak kadar sulfur yang dicampurkan ke dalam aspal cenderung memperkecil nilai daktilitasnya walaupun aspal kelihatannya semakin lunak bila dilihat dari penetrasi dan titik lembeknya. Secara umum variasi kadar aspal hingga 10% hampir tidak mempengaruhi nilai titik nyala aspal yang diindikasikan oleh nilai thitung cenderung sama dengan ttabel pada taraf nyata 5%.

C. Aspal Cariphalt
Aspal cariphalt merupakan teknologi yang telah ada dan berkembang selama 30 tahun sejak digunakan untuk meningkatkan performa kualitas jalan. Pelapisan cariphalt bermanfaat untuk mencegah rutting (bekas roda kendaraan) dan Cracking. Pemanfaatan aspalt cariphalt itu sendiri dimanfaatkan pada jalan yang membutuhkan kualitas bahan yang tinggi, seperti jalan tol, landasan pesawat, dll.

D. Aspal carbit
Aspal karbit merupakan teknologi aspal yang memanfaatkan sisa penggunaan carbit pada pemakaian las carbit. Pemanfaatan pada pemaikaian limbah las carbit memberi keunggulan yaitu terkait dengan ketahanan terhadap deformasi dan pada persen rongga.

E. Aspal Beton
Aspal beton adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari campuran agregat degan aspal, dengan atau tanpa bahan tambahan, yang dicampur, dihamparkan dan dipadatkan pada suhu tertentu. Campuran beraspal menggunakan aspal cemen/aspal keras yang dicampur pada suhu 1400 – 1600 °C dan dihampar dan dipadatkan dalam kondisi panas disebut aspal campuran panas (Hot mix Asphalt) Campuran beraspal yang menggunakan aspal cair dan dicampur pada suhu ruang dikenal sebagai aspal campuran dingin (Cold Mix Asphalt).


Sumber :
https://blackborrot.wordpress.com
http://jamesthoengsal.blogspot.com/p/blog-page_4725.html

Monday, June 3, 2019

Pelatihan ISO 2019

International Organization for Standardization atau disingkat ISO adalah badan penetap standar internasional yang terdiri dari wakil-wakil dari badan standarisasi nasional setiap negara. ISO didirikan pada tahun 1946 di Genawa, Swiss. ISO adalah badan non-profit yang menerbitkan sertifikat seperti ISO 9001 atau ISO 14001. Sebuah perusahaan yang ingin menunjukan komitmennya untuk menjadi perusahaan yang terbaik harus menerapkan manajemen standar ISO. 


Penerapan ISO di suatu perusahaan berguna untuk: 

  1. Meningkatkan citra perusahaan;
  2. Meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan;
  3. Meningkatkan efisiensi kegiatan;
  4. Memperbaiki manajemen organisasi dengan menerapkan perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan tindakan perbaikan (plan, do, check, act);
  5. Meningkatkan penataan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dalam hal pengelolaan lingkungan;
  6. Mengurangi risiko usaha;
  7. Meningkatkan daya saing;
  8. Meningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik dengan berbagai pihak yang berkepentingan;
  9. Mendapat kepercayaan dari konsumen/mitra kerja/pemodal;
Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai ISO, terlebih khusus ISO 9001 dan ISO 14001. Ikatan Mahasiswa Teknik Kimia (IMTEK) politeknik STMI Jakarta mengadakan pelatihan ISO pada :
  • Hari, tanggal : Sabtu, 15 Juni 2019
  • Tempat         : Politeknik STMI Jakarta 
Pendaftaran hingga 13 Juni 2019

Fasilitas :
  • Sertifikat
  • Coffebreak
  • Makan siang
  • seminar kit

Wednesday, May 8, 2019

Polimer Emulsi

Polimer emulsi merupakan salah satu jenis dari polimerisasi radikal yang melibatkan air, monomer, inisiator dan surfaktan. Jenis yang paling banyak ditemui sdalah polimer emulsi dengan tipe minyak dalam air. Pada polimerisasi emulsi monomer merupakan sistem minyak dan surfaktan sebagai sebagai emulsifier dalam fasa air, sedangkan reaksi polimerisasi akan terjadi di dalam misel-misel surfaktan didalam air. Polimer emulsi sering diaplikasikan dalam bidang industri. Misalnya cat, kertas, coatings, bahan perekat dan pewarna kain. polimerisasi emulsi juga sering digunakan agar mendapatkan persen konversi yang tinggi. Selain itu, produk emulsi tersebut dapat langsung digunakan tanpa dipisahkan dari pelarut air sebagai medium pendispersi.

Sifat Dispersi Polimer
  1. Polidisersitas 
Proses Polimerisasi emulsi melibatkan dua fasa cair dan menghasilkan fasa padat yang terdispersi dalam media cair. Maka dari itu, polimer emulsi mempunyai ukuran partikel yang beragam. Distribusi ukuran partikel polimer dibagi menjadi polimodal (polidisperse) dan monomodal (monodisperse). Polimer dengan distribusi polimodal mempunyai ukuran partikel yang bervariasi dengan perbedaan cukup besar. Distribusi ukuran partikel yang dihasilkan akan melebar, atau mempunyai banyak puncak kurva distribusi.
  1. Viskositas
Viskositas pada polimer emulsi menunjukkan kekentalan dan kemampuan emulsi dalam mengalir. Polimer yang bercabang akan lebih kental dibandingkan dengan polimer lantai lurus dengan berat molekul yang sama. Polimer yang berukuran kecil akan memiliki nilai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan polimer yang berukuran besar. Penentuan viskositas berhubungan erat dengan gaya gesek (Friction) dengan spinde.

Bahan Baku
Bahan baku untuk polimerisasi Emulsi banyak menggunakan bahan baku yang berbentuk cairan dan produk yang dihasilkan juga berupa cairan. Berikut bahan baku yang digunakan.

  • Monomer
Monomer merupakan molekul dari satu kelas senyawa yang dapat bereaksi dengan molekul lainnya untuk membentuk molekul, atau polimer yang sangat besar. Monomer bersifat reaktif, mudah terbakar, beracun, serta dapat menimbulkan ledakan. Oleh karena itu, penyimpanan monomer memerlukan perhatian khusus. Inisiator

  • Inisiator
Inisiator merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk meninisiasi reaksi polimerisasi. Inisiator terdekomposisi membentuk radikal bebas. Radikal bebas akan menempel pada salah satu ujung monomer untuk memulai proses propagasi polimer. Pemasukan inisiator yang berlebih dapat menyebabkan kenaikan temperatur di dalam reaktor sehingga jumlah masukannya harus seimbang dengan monomer
  • Surfaktan/Emulgator 
Monomer merupakan hasil turunan dari minyak bumi, sehingga pada dasarnya memiliki sifat yang hidrofobik (tidak suka air). Sementara itu mesium pendispersi polimer adalah air. Agar dapat menyatu kedua elemen ini diperlukan surfaktan atau emulgator. Surfaktan umumnya bersifat basa seperti sabun.
  • Air Demin 
Air merupakan medium pendispersi polimer dan sangat dibutuhkan dalam proses produksi. Selain digunakan untuk melarutkan bahan baku, air juga digunakan untuk membilas peralatan yang digunakan selama operasi dan juga untuk mengatur SC (solid content) maupun viskositas. Air yang digunakan adalah air demin, untuk mencegah kandungan air yang dapat menyebabkan korosi pada peralatan maupun menurunkan kualitas produk.

  • Aditif 
Produk dapat dimodifikasi sedemikian rupa dengan menambahkan zat aditif. Contoh zat aditif yang digunakan misal defoamer, thickener, oksidator/reduktor, chain-transfer agent, cross-linker, chelating agent, dan biocide.

Produk
Produk dari Polimerisasi Emulsi memiliki produk yang di jual yaitu produk-produk berupa dispersi polimer seperti addhesive, pigmen cat, pigmen tinta dan lain-lainnya. Produk-produk yang dihasilkan berupa bahan baku untuk industri-industri lainnya. 
Sumber: 
https://www.slideshare.net/rudysitorus/polimer-emulsi
Dieter Urban and Koichi Takamura. 2002,” Polymer Dispersions and Their Industrial Applications”, Wiley.


Thursday, May 10, 2018

POLIMERISASI


  • Pengertian Polimer
Polimer adalah proses bereaksinya monomer hingga membentuk jaringan atau rantai polimer. Polimerisasi berlangsung dalam fase gas, cair dan padat, semakin besar berat molekul, bentuk polimer cenderung mengetal hingga memadat.

  • Klasifikasi Polimer
- Berdasarkan Sumber atau Asal


1. Polimer Alam
Jenis polimer ini terdapat dalam alam, yaitu pada hewan dan tumbuhan. sebagai contoh adalah protein, selulosa dan karet. Polimer alam biasanya terbentuk oleh proses polimerisasi kondensasi.

2. Polimer Semi Sintetis
Polimer semi sintetis biasanya bahasa lain dari turunan polimer alam. Contohnya saja selulosa asetat adalah turunan selulosa yang terbentuk dari asetilasi selulosa dan digunakan untuk membuat kaca dan film.

3. Polimer Sintetis
Polimer sintetis adalah polimer yang dibuat oleh manusia dan sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti serat, plastik dan karet buatan. Polimer sintetis biasanya terbentuk oleh polimerisasi adisi,


- Berdasarkan Struktur Rantai

1. Polimer Linear, yakni jenis polimer yang tersusun satu sama lain melalui unit ulang yang sama sehingga membentuk rantai polimer yang panjang. Polimer ini biasanya bersifat padat pada temperatur normal dan bisa larut dalam beberapa pelarut. Contohnya yaitu PVC, Polietilena, Nylon 66, dan sebagainya.

2. Polimer Bercabang, yakni jenis polimer yang terbentuk bola polimer linear membentuk cabang.

3. Polimer Ikat Silang, yakni jenis polimer yang terbentuk karena adanya rantai linear yang terhubung satu dengan yang lain oleh ikatan kovalen di berbagai tempat.

4. Polimer Berikatan Silang, yakni jenis polimer yang terbentuk karena beberapa rantai polimer saling berikatan satu sama lain pada rantai utamanya. Bila sambungan silang polimer terjadi dengan ikatan kimia antara rantainya akan terbentuk sambung silang tiga dimensi yang sering disebut polimer jaringan tiga dimensi (three-dimension network).


- Berdasarkan Gaya Intermolekuler

1. Termoplastik
Polimer yang melunak bila dipanaskan dan dapat dibentuk ulang. Termoplastik mempunyai gaya intermolekuler yang sedang. Polimer termoplastik jika mempunyai struktur linear bertekstur keras, sedangkan jika bercabang akan lunak. Pada saat dipanaskan, termoplastik akan menjadi lembut dan kembali mengeras saat didinginkan.

2. Termoset
Polimer yang tidak melunak bila dipanaskan sehingga tidak dapat dibentuk ulang. Tidak seperti termoplastik, termoset dapat mengalami perubahan komposisi kimia saat mengalami pemanasan. Jika dipanaskan, termoset akan mengeras dan tidak bisa lembut seperti sedia kala.

3. Elastomer
Polimer yang dapat mulur jika ditarik, tapi akan kembali seperti semula jika gaya tarik ditiadakan. Mempunya gaya tarik-menarik paling lemah. Bentuk elastomer adalah amorf, dengan derajat elastisitas yang tinggi. Elastomer mempunyai kekuatan untuk memanjang sepuluh kali lipat panjang semua dan kembali lagi ke bentuk asal.


- Berdasarkan Sifat Alami Monomer

1. Homopolimer
Polimer yang tersusun atas monomer yang sama atau sejenis.

… – A – A – A – A – A – A … .


2. Kopolimer
Polimer yang tersusun atas polimerisasi monome yang berbeda jenis membentuk suatu polimer.


a) Kopolimer acak, kopolimer yang mempunyai sejumlah satuan berulang yang berbeda, tersusun secara acak dalam rantai polimer.

… – A – B – A – A – B – B – A – A – …
b) Kopolimer silang, kopolimer yang mempunyai beberapa satuan ulang yang berbeda dan berselang-seling dalam rantai polimer.

… – A – B – A – B – A – B – A – B – …
c) Kopolimer balok (blok), kopolimer yang mempunyai suatukesatuan berulang berselag-seling dengan kesatuan berulang lainnya dalam rantai polimer.

… – A – A – A – A – B – B – B – B – A – A – A – A – …
d) Kopolimer tempel/grafir, kopolimer yang mempunyai satu macam kesatuan berulang yang menempel pada polimer lurus yang terdapat satu macam kesatuan berulang dari satu jenis monomer.


  • Reaksi Polimerisasi
Polimerisasi merupakan reaksi kimia dimana monomer-monomer bereaksi membentuk rantai yang besar. Berdasarkan reaksi pembentukannya, polimerisasi dibedakan atas polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.


Suatu polimer adisi memiliki atom yang sama sepertu monomer dalam unit ulangnya, sedangkan polimer kondensasi mengandung atom-atom yang lebih sedikit karena terbentuk produk samping selama berlangsungnya proses polimerisasi.

1. Polimerisasi Adisi
Polimerisasi adisi umumnya terjadi pada monomer yang mempunyai ikatan rangkap. umumnya monomer yang direaksikan dalam polimerisasi adisi adalah alkena dan turunannya. Dari reaksi polimerisasi adisi dihasilkan polimer adisi sebagai produk tunggal. Contoh reaksi polimerisasi adisi adalah teflon yang terbentuk dari monomer-monomernya tetrafluoroetilen. Contoh lain adalah monomer etilena mengalami reaksi adisi membentuk polietilena yang digunakan sebagai tas plastik, pembungkus makanan dan botol.


Monomer-monomer yang mengandung ikatan rangkap dua saling bergabung membentuk rantai panjang.

Produk yang dihasilkan dari reaksi polimerisasi adisi mengandung semua atom dari monomer awal. Jadi polimer adisi adalah polimer yang terbentuk dari reaksi polimerisasi disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi dari monomer-monomer yang membentuk ikatan tunggal. Dalam reaksi ini tidak disertai terbentuknya molekul-molekul kecil seperti H2O atau NH3.

Pada rekasi polimerisasi adisi, umumnya melibatkan reaksi rantai. Mekanisme polimerisasi adisi dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
- Tahap Inisiasi, tahap pembentukan pusat-pusat aktif.


Pada langkah ini, inisiator biasanya mengadisi karbon yang paling kurang tersubstitusi dari monomer yaitu gugus CH2.
- Tahap Propagasi, tahap pembentukan rantai melalui adisi monomer secara kontinu.


Pada tahap ini, rantai dapat terjadi dengan cara yang sama seperti inisiasi, sehingga unit monomer terhubung secara kepala ke ekor dengan subtituen pada atom karbon yang berseling. Propagasi rantai dapat berlanjut dari beberapa ratus sampai beberapa ribu monomer terhubung. Di mana pada tahap ini dipengaruhi faktor yang sama yaitu suhu, tekanan, pelarut, dan konsentrasi monomer.

- Tahap Terminasi, tahap deaktivasi pusat aktif.
Pada tahap ini, terjadi dua reaksi penamatan rantai yang umum yaitu penggandengan radikal dan disporporsional radikal dengan reaksi sebagai berikut.


Adapun pada disporpoorsional sebagai berikut.


Pada tahap terminasi, radikal dimusnahkan dan tidak ada radikal baru yang muncul,

a) Radikal Bebas
Radikal bebas biasanya dibentuk melalui penguraian zat kurang stabil dengan energi tertentu. raduka bebas menjadi pemicu  pada polimerisasi. Zat pemicu berupa senyawa peroksida, seperti dibenzoil peroksida dan azodiisobutironitril.
Jika radikal bebas dinyatakan dengan R dan molekul monomer dinyatakan dengan CH2=CHX makan tahap pemicuan dapat digambarkan sebagai berikut.

R• + H2C = CHX → R – CH2 – CHX•

Tahap perambatan adalah perpanjangan (elongasi) radikal bebas yang terbentuk pada tahap pemicu dengan monomer-monomer lain:

R – CH2 – CHX• + CH2=CHX → R – CH2 – CHX – CH2 – CHX•

Tahap pengakhiran dapat terjadi dengan cara berikut.

atau melalui reaksi disporposionasi:

Laju polimerisasi dapat dikendalikan dengan menggunakan zat penghambat (anhibitor) dan pelambat (retarder). Penghambat bereaksi dengan radikal bebas ketika radikal bebas terbentuk. Polimerisasi tidak akan berlanjut sebelum seluruh zat penghambat habis terpakai.

Kuinon dapat bertindak sebagai zat penghambat bagi banyak sistem polimerisasi sebab kuinon bereaksi dengan radikal bebas menghasilkan radikal yang mantap akibat resonansi. Radikal bebas yang mantap ini tidak dapat memicu polimerisasi lebih lanjut.

Zat pelambat yang biasa digunakan adalah gas oksigen. Gasi ini kurang reaktif dibandingkan dengan penghambat. Cara kerja zat penghambat adalah melalui persaingan dengan monomer untuk bereaksi dengan radikal bebas sehingga laju polimerisasi menurun. Persamaannya :


b) Polimerisasi Ionik
Polimerisasi adisi dapat terjadi melalui mekanisme yang tidak melibatkan radikal bebas. Dalam hal ini, pembawa rantai dapat berupa ion karbonium (polimerisasi kation) atau ion karbonion (polimerisasi anion).

Dalam polimerisasi kation, monomer pembawa rantai adalah ion karbonium. Katalis untuk reaksi ini adalah asam Lewis, seperti AlCl3, BF3, TiCl4, SnCl4, H2SO4dan asam kuat lainnya.

Polimerisasi radikal bebas memerlukan energi atau suhu tinggi, sebaliknya polimerisasi kation paling baik dilakukan pada suhu rendah. Misalnya, polimerisasi 2-metilpropena berlangsung optimum ada -100 oC dengan adanya katalis BF3 atau AlCl3.

Polimerisasi kation terjadi pada monomer yang memiliki gugu yang mudah melepaskan elektron. Dalam polimerisasi yang dikatalis oleh asam, tahap pemicuan dapat digambarkan sebagai berikut.
HA adalah molekul asam sepeti HCl, H2SO4, dan HClO4. Pada tahap pemicuan, proton dialihkan dari asam ke monomer sehingg amenghasilkan ion karbonium (C+).

Perambatan berupa adisi monomer terhadap ion karbonium, prosesnya hampir sama dengan perambatan pada radikal bebas.

Pengakhiran rantai dapat terjadi melalui berbagai proses. proses paling sederhana adalah penggabungan on karbonium dan anion pasangannya (disebut ion lawan).

Dalam polimerisasi anion, monomer pembawa rantai adalah suatu karbanion (C-). Dalam hal ini, monomer pembawa rantai adalah yang memiliki gugus dengan keeletronegatifan tinggi, seperti propenitril (akrilonitril), 2-metilpropenoat (metil metakrilat), dan feniletena (stirena).

Seperti polimerisasi kation, reaksi polimerisasi anon optimum pada suhu rendah. Katalis yang dapat dipakai adalah logam alkali, alkil, aril, dan amida logam alkali.

Contohnya adalah kalium amida (KNH2) yang dalam pelarutn amonia cair dapat mempercepat polimerisasi monomer CH2=CHX dalamm amonia. Kalium amida akan terionisasi kuat sehingga dapat berlangsung seperti berikut.

Perambatan merupakan adisi monomer pada karbanion yang dihasilkan, yaitu :


Proses pengakhiran pada polimerisasi anion tidak begitu jelas seperti pada polimerisasi kation sebab penggabungan rantai  anion dengan ion lawan  tidak terjadi. Namun demikian, jika terdapat sedikit air, karbon dioksida, atau alkohol akan mengakhiri pertumbuhan rantai.

2. Polimerisasi Kondensasi
Polimerisasi Kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang sama atau monomer yang berbeda. Pada polimerisasi ini kadang disertai dengan terbentuknya molekul kecil seperti H2ONH3, atau HCl. Pada reaksi kondensasi ini, monomer-monomer bereaksi secara eliminasi untuk membentuk rantai. Pada reaksi semacam ini, tiap monomer harus mempunyai dua gugus fungsional.

Suatu atom hidrogen dari satu ujung monomer bergabung dengan gugu -OH dari ujung monomer yang lainnya untuk membentuk air. Contoh reaksi polimerisasi kondensasi adalah pembuatan nilon dari monomer yang berbeda yaitu 1,6-diaminoheksana dan asam adipat.


Nilon diberi nama menurut jumlah atom karbon pada setiap unit monomer. Oleh karena terdapat atom karbon di setiap monomer, maka jenis nilon ini disebut nilon 66. Contoh lain polimerisasi kondensari adalah dacron, yang digunakan sebagai pakaian dan karpet, pendukung pada tape-audio dan tape-video, serta kantong plastik. Monomer yang dapat mengalami reaksi polimerisasi secara kondensasi adalah monomer-monomer yang mempunyai gugus fungsu seperti gugus -OH, -COOH, dan NH3


Sumber : 
http://www.nafiun.com/2013/10/klasifikasi-polimer-sintetis.html
http://www.gurupendidikan.co.id/polimer-pengertian-sifat-klasifikasi-dan-jenis-beserta-contohnya-lengkap/
https://www.ilmukimia.org/2013/03/klasifikasi-polimer.html
https://www.studiobelajar.com/polimer/
http://www.nafiun.com/2013/10/reaksi-polimerisasi-pembentukan-polimer.html